Monday, 29 August 2016 06:09

BISAKAH SEBUAH KEHAMILAN EKTOPIK (KEHAMILAN DI LUAR KANDUNGAN) MEMBUNUH SEORANG IBU HAMIL?

Oleh : dr. Bechty Enggar Rusmaya

Bisakah sebuah kehamilan ektopik membunuh seorang ibu hamil?

Pertanyaan di atas terdengar sungguh menyeramkan bagi telinga kita. Ya, betul. Sebuah kehamilan ektopik atau kehamilan di luar kandungan orang awam menyebutnya, dapat menjadi penyebab kematian seorang ibu hamil jika kehamilan ektopik ini terganggu. Bagaimana proses ini dapat terjadi dan apa sajakah factor resiko seorang wanita sehingga dapat mengalami kehamilan ektopik ini?

Secara normal, sel telur/ovum yang telah dibuahi oleh sel sperma akan menjadi zygot. Zygot ini akan membelah diri menjadi bentuk yang lebih kompleks sambil bermigrasi dari tempat pembuahan (di daerah saluran telur/tuba falopii) menuju endometrium ruang dalam rahim dimana zygot akan tertanam/nidasi dan bertumbuhkembang menjadi janin. Setiap nidasi di luar endometrium di dalam rahim disebut dengan kehamilan ektopik.

Proses migrasi dan nidasi ini memerlukan struktur anatomi saluran telur yang baik dan menunjang. Allah swt menciptakan struktur anatomi di dalam ruangan saluran telur mempunyai jonjot atau silia yang berfungsi layaknya bulu sapu mengarahkan nidasi zygot dari tempat pembuahan menuju ke rahim. Setiap abnormalitas dalam saluran telur baik mengenai bentuk, rongga saluran telur dan bulu silia akan meningkatkan resiko terjadinya kehamilan ektopik karena hal ini dapat memfasilitasi nidasi zygot ini di dalam saluran telur yang bukan tempat nidasi yang seharusnya.

Proses nidasi zygot ini akan diikuti oleh berkembangnya jaringan jonjot jonjot trofoblas (bagian dari calon ari/ari atau plasenta) sebagai adaptasi janin di dalam rahim ibu untuk mendapatkan sumber makanan dan membantu metabolisme janin di dalam rahim. Hal ini hanya dapat difasilitasi oleh endometrium di dalam rahim bukan di tempat lain. Seiring dengan berkembangnya usia kehamilan maka massa kehamilan akan membesar dan penetrasi jaringan jonjot trofoblas akan semakin massif. Jika kehamilan terjadi. Proses ini akan diikuti dengan membesarnya ukuran rahim. Pada kehamilan ektopik dimana nidasi janin tidak di dalam rahim maka proses ini tidak dapat terjadi, justru akan merusak struktur anatomi yang normal berupa pecahnya saluran telur ibu. Hal ini disebut dengan kehamilan ektopik terganggu yang sangat mengancam nyawa sang ibu oleh karena resiko perdarahan yang begitu massif.

Berdasarkan frekuensi kejadiannya, kehamilan ektopik paling sering terjadi di semua segmen saluran telur (tuba falopii) baik di bagian fimbriae, bagian ampula, bagian ismus, maupun bagian cornu tuba falopii yakni sebanyak 95% dari total kasus kehamilan ektopik. Lima persen sisanya terjadi di luar saluran telur, antara lain kehamilan ovarium (indung telur), kehamilan cervix (leher rahim), kehamilan abdominal (rongga perut), dan kehamilan scar sectio caesarea (bekas operasi sesar).

Beberapa factor resiko yang meningkatkan frekuensi kehamilan ektopik pada seorang wanita yaitu

1.      Abnormalitas struktur anatomi tuba falopii antara lain riwayat operasi tuba sebelumnya (operasi sterilisasi/tubektomi), kelainan kongenital saluran tuba falopii. Dikatakan mempunyai resiko tertinggi kejadian kehamilan tuba falopii.

2.      Perlekatan pada struktur tuba falopii oleh karena peradangan local di saluran telur maupun di organ lain dalam perut. Dikatakan dapat meningkatkan resiko kehamilan ektopik hingga 9%.

3.      Riwayat kehamilan ektopik sebelumna di saluran tuba falopii. Dikatakan resiko kehamilan ektopik meningkat hingga 10%

4.      Penggunaan metode ART (Assisted Reproductive Technology) semisal prosedur implantasi bayi tabung.

5.      Merokok

6.      Kegagalan metode kontrasepsi semisal sterilisasi tuba, IUD dan kontrasepsi pil progestin-only.

Jika kehamilan ektopik belum terganggu, maka gejala yang ditampakkan seolah mirip kehamilan yang normal yakni

1.      Riwayat amenorrhea (terlambat haid)

2.      Ukuran rahim (tinggi fundus uteri) yang lebih kecil dibandingkan usia kehamilan

3.      Pemeriksaan hormone beta hCG (human chorionic gonadotrophin) baik pemeriksaan kualitatif (pemeriksaan melalui urine pagi hari) maupun pemeriksaan kuantitatif (pemeriksaan titer serum beta hCG di dalam darah)

4.      Gejala lain yang menyertai kehamilan normal semisal mual, muntah

5.      Pada pemeriksaan penunjang sonografi tidak ditemukannya struktur kantong kehamilan (gestational sac) di dalam rahim

Manajemen tatalaksana kehamilan ektopik yang belum terganggu pada prinsipnya adalah terminasi kehamilan berapapun usia kehamilan sewaktu diagnosis kehamilan ektopik tegak. Prosedur yang dapat ditempuh yaitu melalui operasi pembedahan minimal invasive menggunakan laparoskopi guna mengevakuasi kehamilan ektopik secara mekanik maupun penggunaan medikamentosa kemoterapi semisal metotreksat guna menyerap buah kehamilan ektopik. Tentunya pemilihan jenis terapi ini ditentukan oleh dokter spesialis obstetric dan ginekologi terkait dan berdasarkan kondisi personal tiap tiap pasien.

Jika kehamilan ektopik terganggu misalnya terjadi abortus dan pecahnya struktur anatomi dimana kehamilan ektopik terjadi, maka tanda yang ditampakkan oleh ibu mirip dengan keluhan gejala akut abdomen misalnya appendicitis (radang usus buntu) dengan TRIAS gejala :

1.      Riwayat amenorhe

2.      Nyeri abdomen

3.      Perdarahan vagina

4.      Ibu dapat jatuh dalam kondisi shock (kondisi hemodinamik tubuh tidak stabil) berupa tekanan darah yang turun drastis, denyut nadi yang cepat, perfusi tangan dan kaki yang dingin dan basah. Bila kondisi shock tidak tertangani secara memadai maka nyawa sang ibu dapat melayang.

5.      Pada pemeriksaan penunjang kuldosintesis ditemukan darah pada spuit pemeriksaan.

6.      Pada pemeriksaan penunjang sonografi ditemukan adanya darah bebas di dalam rongga perut dan dapat ditemukan abnormalitas struktur organ reproduksi atau organ perut.

Manajemen terapi kehamilan ektopik terganggu dilakukan operasi pembedahan laparotomy untuk melakukan evakuasi sisa kehamilan dan darah bebas di dalam rongga perut,mencari sumber perdarahan dari kehamilan ektopik sekaligus melakukan restorasi fungsi kesuburan untuk kemungkinan hamil di masa mendatang.

Sebagai penutup, pemeriksaan antenatal care (kunjungan ibu hamil sebelum melahirkan) merupakan alat deteksi dini adanya komplikasi kehamilan. Jika kehamilan ektopik sebagai salah satu komplikasi kehamilan awal dapat dideteksi lebih dini, maka pilihan manajemen terapinya lebih luas dan fungsi kesuburan ibu dapat diamankan. RSIA Cempaka Putih Permata menyediakan layanan pemeriksaan ante natal care oleh tenaga dokter spesialis kandungan dan kebidanan yang semuanya wanita.

Semoga bermanfaat.

 

Informasi Kontak

Kategori : Hospital
Address : Jalan Jambangan Kebon Agung No. 8, Jambangan, Jawa Timur 60231, Indonesia.
Phone : +6231 8282350
Humas : Sri Mulyani (085330771600)