APA YANG ADA DI BENAK KITA BILA MENDENGAR PERSALINAN PREMATUR?
Oleh : dr. Bechty Enggar Rusmaya
Email: dr.bechty@gmail.com
RSIA CEMPAKA PUTIH PERMATA
Jalan Jambangan Kebonagung No. 8 Surabaya
ADA SEORANG TEMAN BERCERITA KALAU IBUNYA PERNAH BILANG KALAU BAYI YANG DILAHIRKAN USIA KEHAMILAN 7 BULAN LEBIH TUA DIBANDINGKAN KEHAMILAN 8 BULAN…
Ya, persalinan prematur atau biasa disebut persalinan preterm merupakan suatu momok bagi seorang calon ibu, pun bagi tenaga kesehatan. Bagaimana tidak, prematuritas menyumbang penyebab terbesar dari AKB (angka Kematian Bayi) di Indonesia yang masih dikisaran angka 34 bayi meninggal per 1000 kelahiran hidup. WHO mencatat ada sekitarlima belas juta persalinan preterm di dunia per tahunnya, dimana satu juta bayi yang dilahirkan prematur meninggal oleh karena komplikasi persalinan preterm.
Persalinan prematur atau born too soon secara istilah didefinisikan sebagai persalinan bayi dengan usiakehamilan kurang dari 37 minggu dihitung dari HPHT (Hari Pertama Haid Terakhri). Usia kehamilan normal (cukup bulan/at term) memakan waktu 280 hari dihitung dari HPHT, kalangan medis menyebutnya dengan usia kehamilan 39/40 minggu atau kalangan umum menyebutnya sebagai 9 bulan 10 hari. Persalinan di bawah usia 20 minggu atau berat badan janin di bawah 500 gram disebut dengan istilah abortus (keguguran).
Menurut ilmu embriologi (tumbuh kembang janin di dalam rahim ibu), ada istillah trimester yang membagi 9 bulan kehamilan menjadi tiga trimester.Trimester pertama atau tiga bulan pertama kehamilan merupakan masa adaptasi ibu kepada janin dan juga sebaliknya. Pada trimester awal ini juga terjadi proses organogenesis yakni fase pembentukan organ dan diferensiasi organ tubuh penting janin antara lain susunan saraf pusat, susunan jantung dan pembuluh darah, indera penglihatan, bentuk kepala wajah (craniofacial),sistem organ endokrin dan organ vital lainnya. Kelainan pada waktu ini akan menyebabkan kelainan kongenital mayor yang sangat fatal bagi janin bahkan menimbulkan kematian janin. Pada trimester kedua terjadi pertambahan jumlah sel yang menyusun tiap organ dan ukuran organ janin di dalam rahim ibu, namun fungsi organ yang terbentuk belum matur sehingga masih belum mampu menyokong janin untuk hidup secara mandiri di luar rahim. Pematangan fungsi organ vital janin baru terjadi pada trimester terakhir. Pematangan paru melalui fungsi zat pengembang paru (surfaktan) sangat berperan penting bagi proses napas pertama bayi. Proses napas memerlukan kemampuan alveoli paru terkembang untuk diisi udara pernapasan, tanpa kemampuan ini bayi tidak akan mampu bernapas spontan dengan tanda klinis tidak mampu untuk menangis secara adekuat pasca dilahirkan. Penambahan berat badan janin juga dihasilkan dari penumpukan lemak subkutan pada trimester akhir. Bayi yang dilahirkan prematur pada umumnya memiliki berat badan lahir rendah (BBLR) di bawah 2500 gramakan mengalami resiko hipotermia (suhu badan turun) yang sangat mengancam nyawa bayi baru lahir. Di sisi lain, fungsi organ susunan saraf pusat yang belum matang, meningkatkan resiko perdarahan di dalam otak (intraventrikular haemorrage), hidrosefalus, dan kejadian cerebral palsy pada masa tumbuh kembangnya.
Beberapa penelitian menyebutkan adanya hubungan antara kejadian penyakit degeneratif tidak menular yang timbul lebih dini seperti hipertensi, gagal ginjal, kencing manis yang setelah ditelisik masa lampaunya, berhubungan dengan persalinan prematur. Meskipun banyak sekali faktor lain yang berperan di dalam perjalanan penyakit degeneratif semisal gaya hidup, genetik dan sebagainya yang perlu diteliti lebih lanjut.
Allah swt, dalam penciptaan manusia telah membekali tubuh seorang ibu dengan piranti yang sangat canggih dan mutakhir demi proses kehamilan dan kelahiran. Sebuah kehamilan dapat berlangsung sehat dan selamat ketika ada interaksi yang proporsional pada organ rahim ibu. Saat kehamilan awal dan hampir cukup bulan, otot rahim relatif tenang terhadap rangsangan zat yang merangsangnya untuk berkontraksi. Zat yang dapat merangsang otot rahim berkontraksi salah satunya adalahhormon oksitosin. Hormon oksitosin ini dihasilkan melalui mekanisme umpan balik dari otak ke rahim dan dipengaruhi oleh banyak faktor melalui sumbu kelenjar HPA (Hipothalamus, Pituitary dan Adrenal). Sementara zat penenang otot rahim salah satunya yang utama adalah hormon progesteron, yang sebagian besar dihasilkan oleh plasenta bayi.
Terdapat banyak teori yang menjelaskan mekanisme terjadinya persalinan prematur, namun secara umum dapat dibagi menjadi dua yakni persalinan prematur yang disertai pecahnya selaput ketuban dan persalinan prematur yang disertai masih utuhnya selaput ketuban. Pada persalinan prematur dengan pecahnya selaput ketuban, ditandai dengan keluarnya cairan dari kemaluan ibu, hal ini perlu dibedakan dengan air seni maupun lendir normal selama kehamilan yang dihasilkan oleh liang senggama. Pada persalinan prematur dimana selaput ketuban masih utuh, ditandai utamanya dengan kontraksi ritmis yang disertai dengan perubahan cervix (terjadi pembukaan jalan lahir). Tentunya hal ini hanya dapat ditentukan oleh tenaga medis profesional bidan, dokter, ataupun dokter spesialis kandungan dan kebidanan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik yang seksama.
Setiap ibu hamil disarankan untuk melakukan ANC (Ante Natal Care) secara berkala ke tenaga medis profesional minimal empat kali dalam masa kehamilan. Satu kali pada trimester awal, satu kali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga. RSIA Cempaka Putih Permata menyediakan layanan ANC kepada ibu hamil oleh bidan dan dokter spesialis kandungan – kebidanan. Frekuensi ANC dapat dipersering atau ditambah sesuai indikasi masing masing calon ibu. ANC yang cermat dapat mendeteksi awal adanya penyulit atau komplikasi yang menyertai kehamilan dan mempersiapkan antisipasi yang dibutuhkan untuk menurunkan resiko morbiditas (kecacatan) dan mortalitas (kematian) ibu dan janin yang di kandungnya.
Di dalam kepustakaan, ada banyak faktor yang meningkatkan resiko terjadinya persalinan prematur. Faktor faktor resiko tersebut dikelompokkan menjadi tujuh besar diantaranya
- Riwayat ancaman keguguran/abortus imminenspada kehamilan yang sama pada usia kehamilan yang masih awal. Salah satu tanda utama abortus imminens adalah keluarnya spotting (flek darah)dapat disertai juga dengan nyeri/kram di perut di atas kemaluan. Keluarnya darah menandakan adanya bagian plasenta yang terlepas dari tempat melekatnya di dinding dalam rahim ibu (endometrium). Padahal fungsi utama plasenta adalah memasok kebutuhan nutrisi bagi janin, sebagai tempat keluar sisa metabolisme janin, dan sebagai tempat penghasil hormon penting dalam kehamilan seperti progesteron, relaxin, dsb.
- Faktor gaya hidup (life style) di antaranya
a. kebiasaan merokok baik pasif maupun aktif. Asap rokok menimbulkan gangguan pada proses transportasi oksigen antara bayi dan ibu sehingga terjadi kondisi hipoksia. Kondisi hipoksia direspon oleh janin dan ibu sebagai rangsangan stress yang akan merangsang keluarnya hormon kortisol dan hormon adrenal (kelenjardi atas ginjal) sehingga membangkitkan terjadinya mekanisme persalinan prematur.
b. kenaikan berat badan ibu yang berlebih maupun kurang selama hamil. Patokan kenaikan berat badan ibu didasarkan pada IMT (indeks Massa Tubuh) ibu sebelum hamil. Angka IMT diperoleh dengan membagi berat badan ibu dalam kilogram dengan tinggi badan ibu dalam meter yang telah dikuadratkan terlebih dahulu. Kategori status gizi dibagi menjadi kelompok IMT kurang dari sama dengan 18,5 sebagai kurang, IMT 18,5 – 25 sebagai ideal, IMT 25 – 30 sebagai overweight dan IMT lebih dari sama dengan 30 sebagai obesitas. Ibu dengan IMT 18,5 -25 disarankan kenaikan berat badan sebanyak 1 kg per bulan. Sedangkan IMT di atas 25 disarankan maksimal 6 kg selama kehamilan. Kenaikan berat badan yang kurang sering dihubungkan dengan suplai nutrisi ke janin yang tidak adekuat.
c. penyalahgunaan obat obatan, usia ibu saat hamil yang ekstrem muda (kurang dari 17 tahun) dan terlalu tua (lebih dari 35 tahun), malnutrisi &anemia, kondisi stress fisik/psikis (kelelahan), jarak antarkehamilan yang terlalu dini ( kurang dari 18 bulan) dan terlalu lama (lebih dari 59 bulan)
- Faktor genetik yaitu adanya riwayat persalinan prematur pada wanita yang berhubungan darah. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa varian genetic, varian ras berpengaruh pada kemampuan fungsi imunoregulator tubuh ibu terhadap kejadian infeksi ketuban yang merangsang terjadinya persalinan prematur.
- Penyakit gigi dan mulut misalnya penyakit gusi bengkak ataupun gigi berlubang oleh karena infeksi kuman anaerob. Kuman anaerob ini dapat melalui sawar darah plasenta sehingga dapat menginfeksi cairan ketuban dan bayi yang pada akhirnya akan merangsang persalinan prematur.
- Riwayat persalinan prematur sebelumnya, dalam kepustakaan disebutkan jika ibu hamil pernah mengalami persalinan prematur 1 kali maka resiko untuk mengalami persalinan prematur berikutnya adalah 14% jika mengalami 2 kali persalinan prematur maka resiko meningkat menjadi 28%.
- Infeksi oleh karena organisme patogen semisal infeksi pada saluran kencing dan infeksi pada vagina (pada umumnya keputihan oleh karena kuman Bakterial vaginosis). Tentunya pemeriksaan ini dilakukan oleh tenaga medis professional dan dilakukan pemeriksaan penunjang diagnostik lain seperti hapusan vagina. Saluran kencing secara anatomis terletak berdekatan dengan saluran reproduksi maka ada kemungkinan jika terjadi infeksi saluran kencing dapat disebarkan secara hematogen (melalui pembuluh darah) atau limfogen (melalui pembuluh getah bening), infeksi ini akan merangsang timbulnya perubahan pada struktur selaput ketuban sehingga mudah untuk pecah. Infeksi pada vagina dapat menjalar secara ascenden (naik) ke dalam rahim dan menyebabkan perubahan struktur pada selaput ketuban sehingga mudah pecah
- Penyakit yang menyertai kehamilan antara lain hipertensi kronis yang terjadi sebelum kehamilan, preeclampsia/ecklampsia, kelainan endokrin semisal kencing manis, hipotiroid – hipertiroid, penyakit autoimmune semisal SLE (systemic lupus eritematosus) – APS (Anti phospholipid Syndrome), dan penyakit kronis lainnya. Pada hipertensi kronis sebelum kehamilan terjadi adaptasi berupa penyempitan pembuluh darah seluruh tubuh termasuk jantung, ginjal, otak, dan pembuluh darah arteri uterina yang menyokong aliran darah ke rahim ibu dimana tempat janin berkembang. Kondisi ini menyebabkan tidak adekuatnya nutrisi dan oksigenasi kepada tubuh janin sehingga memerlukan penanganan secara multidisiplin melibatkan beberapa disiplin keilmuan. Pada preeclampsia/eclampsia terjadi maladaptasi (adaptasi yang abnormal) antara ibu dan janin, ditandai dengan penyempitan arteri spiralis, sebuah pembuluh darah yang bertanggungjawab menyokong aliran darah uteroplasenter (rahim dan plasenta bayi) sehingga terjadi gangguan pada janin dan ibu. Pada ibu ditandai dengan proteinuria (kebocoran protein di dalam air seni ibu), gangguan fungsi hati, gangguan fungsi syaraf berupa kejang dan gangguan organ vital lain yang membahayakan ibu. Pada janin aliran nutrisi maupun sisa metabolism akan terganggu sehingga tumbuh kembang janin akan terganggu. Pada kencing manis sebelum kehamilan akan terjadi perubahan degenerative pembuluh darah mikro sehingga aliran darah ibu ke janin akan terganggu. Pada kencing manis selama kehamilan resiko macrosomia (berat badan bayi besar lebih dari 4000 gram) akan sering terjadi. Pada kondisi hipotiroid maupun hipertiroid ibu, akan mengganggu kondisi dan fungsi kelenjar thyroid janin. Kehamilan pada pasien dengan SLE (Systemic Lupus Erytematosus) akan mencetus terjadinya flare (serangan akut) pada pasien SLE yang sudah stabil. Tentunya kehamilan pada kondisi kondisi ini sangat memerlukan pengawasan ketat dokter spesialis kandungan dan kebidanan dan akan melibatkan perawatan lintas disiplin semisal dokter spesialis penyakit dalam, dokter spesialis anak, dokter spesialis jantung, dokter spesialis paru dan dokter spesialis anestesi.
Demikian, semoga bermanfaat.
Diolah dari berbagai sumber kepustakaan.